Selasa, 29 Oktober 2013

Teori Belajar




A. Pengertian Belajar menurut pandangan Psikologi tingkah laku              
Penganut psikologi tingkah laku (behaviourist) memandang belajar sebagai hasil dari pembentukan hubungan antara rangsangan dari luar (stimulus) dan tanggapan dari dalam diri si  anak (response) yang bisa diamati. Bahwa ganjaran ataupun penguatan merupakan kata kunci dalam proses belajar mengajar.
Psikologi tingkah laku terdapat beberapa teori, seperti .
1.   Teori Skinner
Menyatakan bahwa penguatan terdiri atas penguatan positif dan penguatan negative, Jika respon siswa baik (menunjang efektivitas pencapaian tujuan) harus segera diberi penguatan positif agar respon tersebut lebih baik lagi,atau minimalnya perbuatan baik itu dipertahankan.
2.   Teori Ausubel
Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika “pengatur kemajuan (belajar)” atau advance organizer didefinisikan dan dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa. bahwa menghafal berlawanan dengan bermakna, karena belajar dengan menghafal, peserta didik tidak dapat mengaitkan informasi yang diperoleh itu dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Akan lebih berhasil jika materi yang dipelajari bermakna.
3.   Teori Gagne
Gagne mengemukakan bahwa ketrampilan-ketrampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan atau disebut juga kapabilitas.

B.  Pengertian belajar menurut pandangan Psikologi Kognitif    

Psikologi kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran. Bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan ditransfermasikan sebagai pengetahuan.
Psikologi kognitif terdapat beberapa teori, seperti.
1.   Teori Piaget
Menurut Piaget seperti yang dikutip Woolfolk (2009) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh  maturasi (kematangan), aktivitas dan transmisi sosial. Maturasi atau kematangan berkaitan dengan perubahan biologis yang terprogram secara genetik.
2.   Teori Brunner
Menurut Brunner, pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar mahasiswa dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan pengetahuan dan kemampuan baru yang khas baginya.

3.   Teori Vygotsky
Menurut Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika, dan alat-alat ingatan.
4.   Teori Van Hiele
Dalam pengajaran geometri terdapat teori belajar yang dikemukakan oleh Van Hiele (1954), yang mnguraikan tahap-tahap mental anak dalam pengajaran geometri. Van Hiele adalah seorang guru bangsa Belanda yang mengadakan penelitian dalam geometri. Hasil penelitiannya itu dirumuskan dalam disertasinya, diperoleh dari kegiatan tanya jawab dan pengamatan.



Daftar Pustaka

Anonim. 2012.  “ Aliran Psikologi Kognitif ”. (online), (file:///D:/ALIRAN% 20PSIKOLOGI%20KOGNITIF%20_%20Half-Personality%20Angel.htm, diakses tanggal 12 Maret 2013 pukul 20.30).
              
Anonim. 2011. “ Teori Perkembangan Kognitif  “. (online), (http:// edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget dan-implementasinya-dalam-pendidikan/, diakses tanggal 12 Maret 2013 pukul 20.30)

Anonim. 2012. “ Sains Matika “. (online), (http://sainsmatika.blogspot.com /2012/06/implikasi-aliran-psikologi-tingkah-laku.html, diakses tanggal 12 Maret 2013 pukul 20.30)

Rabu, 23 Oktober 2013

model-model pembelajaran

 ( Model – Model Pembelajaran Kontekstual )

1.   Model Pembelajaran Kooperatif ( Cooperatif Learning )
a.   Pengertian
Suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Cooperative Learning mengacu pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Kebanyakan melibatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 (empat) siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda (Slavin, 1994), dan ada yang menggunakan ukuran kelompok yang berbeda-beda (Cohen, 1986; Johnson & Johnson, 1994; Kagan, 1992; Sharan & Sharan, 1992).

b.   Jenis – Jenis Model Pembelajaran Kooperatif
                    i.   Student teams achievement division (STAD)
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
Langkah-langkah:
1)   Membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang.
2)   Guru menyajikan materi pelajaran.
3)   Guru memberi tugas untuk dikerjakan, anggota kelompok yang mengetahui jawabannya memberikan penjelasan kepada anggota kelompok.
4)   Guru memberikan pertanyaan/kuis dan siswa menjawab pertanyaan/kuis dengan tidak saling membantu.
5)   Pembahasan kuis
6)   Kesimpulan
                  ii.   Jigsaw (model tim ahli)
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).
Langkah-langkah:
1)   Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang
2)   Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda
3)   Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli)
4)   Setelah kelomppok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali kekelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai
5)   Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
6)   Pembahasan
7)   Penutup
                iii.   Group investivigation go a round
Langkah-langkah:
1)      Membagi siswa kedalam kelompok kecil yang terdiri dari ± 5 siswa
2)      Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis
3)      Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.
                iv.   Think pair and share
Model ini menggunakan metode diskusi berpasangan dan dilanjutkan dengan diskusi pleno, dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi / tujuan pembelajaran.
Suatu teknik sederhana dengan keuntungan besar yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat informasi dan seorang siswa dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum dipresentasikan di depan kelas.
Langkah-langkah:
1)   Guru menyampaikan inti materi
2)   Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
3)   Guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil Diskusinya
4)   Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi/permasalahan yang belum diungkap siswa
5)   kesimpulan
                  v.   Make a match (membuat pasangan)
Suatu model mencari pasangan.
Langkah-langkah:
1)   Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep/topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi kartu berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban)
2)   Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.
3)   Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal/kartu jawaban)
4)   Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
5)   Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya
6)   Kesimpulan.

c.    Ciri – ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Arends (1997: 111), pembelajaran yang menggunakan model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
                    i.      siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan materi belajar,
                  ii.      kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah,
                iii.      jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda,
                iv.      penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.
Pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut  (Ibrahim, M., dkk., 2000: 10)
1        Menyampaikan tujuan pembelajaran dan perlengkapan pembelajaran.
2        Menyampaikan informasi.
3        Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
4        Membantu siswa belajar dan bekerja dalam kelompok.
5        Evaluasi atau memberikan umpan balik.
6        Memberikan penghargaan.
d.   Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak­tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim, dkk (2000:7-8) sebagai berikut:
1        Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
2        Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Mengajarkan untuk saling menghargai satu sama lain.
3        Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial.

2.   Model Pembelajaran Langsung ( Direct Instruction )
a.   Pengertian
Model pembelajaran yang berpusat pada guru, yang mempunyai 5 langkah dalam pelaksanaannya, yaitu menyiapkan siswa menerima pelajaran, demontrasi, pelatihan terbimbing, umpan balik, dan pelatihan lanjut (mandiri) (Nur, 2000:7).
Model Pembelajaran berasal dari kata Model dan Pembelajaran. ”Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan” (Nur, 1996 : 78). Hakikat pembelajaran atau hakikat mengajar adalah membentuk siswa untuk memperoleh informasi, ide, keterapilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara bagaimana belajar (Joyce dan Weil dalam Nur, 1996 : 79).
Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan dapat berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas proses belajar mengajar.

b.   Jenis – jenis Pembelajaran Langsung
1        Ceramah, merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seorang kepada sejumlah pendengar.
2        Praktek dan latihan, merupakan suatu teknik untuk membantu siswa agar dapat menghitung dengan cepat yaitu dengan banyak latihan dan mengerjakan soal.
3        Ekspositori, merupakan suatu cara penyampaian informasi yang mirip dengan ceramah, hanya saja frekuensi pembicara/guru lebih sedikit.
4        Demonstrasi, merupakan suatu cara penyampaian informasi yang mirip dengan ceramah dan ekspositori, hanya saja frekuensi pembicara/guru lebih sedikit dan siswa lebih banyak dilibatkan.
5        Questioner
6        Mencongak
c.    Ciri – ciri Pembelajaran Langsung
1.      Proses pembelajaran didominasi oleh keaktifan guru.
2.      Suasana kelas ditentukan oleh guru sebagai perancang kondisi.
3.      Lebih mengutamakan keluasan materi ajar daripada proses terjadinya pembelajaran.
4.      Materi ajar bersumber dari guru.
d.   Tujuan Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung dikembangkan untuk mengefisienkan materi ajar agar sesuai dengan waktu yang diberikan dalam suatu periode tertentu. Dengan model ini cakupan materi ajar yang disampaikan lebih luas dibandingkan dengan model-model pembelajaran yang lain.

3.   Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning )
a.   Pengertian
Suatu pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu mahasiswa (siswa) memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikannya.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan, 2002 : 123).
b.   Jenis – jenis Pembelajaran Berbasis Masalah
Macam-macam pembelajaran berdasarkan masalah Menurut Arends (1997), antara lain :
1        Pembelajaran berdasarkan proyek (project-based instruction), pendekatan pembelajaran yang memperkenankan siswa untuk bekerja mandiri dalam mengkonstruk pembelajarannya.
2        pembelajaran berdasarkan pengalaman (experience-based instruction), pendekatan pembelajaran yang memperkenankan siswa melakukan percobaan guna mendapatkan kesimpulan yang benar dan nyata.
3        belajar otentik (authentic learning), pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa mengembangkan ketrampilan berpikir dan memecahkan masalah yang penting dalam konsteks kehidupan nyata.
4        Pembelajaran bermakna (anchored instruction), pendekatan pembelajaran yang mengikuti metodologi sains dan memberi kesempatan untuk pembelajaran bermakna.
c.    Ciri – ciri Pembelajaran Berbasis Masalah
ciri-ciri dari model pembelajaran berdasarkan masalah menurut Arends (2001 : 349), antara lain :
1        Pengajuan pertanyaan atau masalah.
2        Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
3        Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan.
4        Menghasilkan produk dan memamerkannya.
5        Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan ketrampilan berfikir.
d.   Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri (Ibrahim, 2000 : 7).
Menurut Sudjana manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya.



DAFTAR PUSTAKA

Sudrajat,  Akhmad. 2011. “Pembelajaran Berdasarkan Masalah”. (online), (file:///D: /materi/semester%204/SBM/sbm/Pembelajaran%20Berdasarkan%20Masalah%20_%20tentang%20PENDIDIKAN.htm, diakses tanggal 25 Maret 2013 pukul 12.01).


Mahmud. 2009. “LANGKAH-LANGKAH DALAM PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING”. (online), (file:///D:/materi/semester%204/SBM/sbm/langkah-langkah-dalam-pembelajaran.html , diakses tanggal 25 Maret 2013 pukul 12.02).

Anonim. 2012. “makalah setrategi pembelajaran berbasis masalah”. (online), (file:///D:/materi/semester%204/SBM/sbm/makalah-setrategi-pembelajaran-berbasis.html, diakses tanggal 25 Maret 2013 pukul 12.03).